Job-Hopping Bukan Lagi Aib: Kenapa Pindah-Pindah Justru Bisa Untung?

0
104
Job-Hopping Bukan Lagi Aib: Kenapa Pindah-Pindah Justru Bisa Untung?

Job-Hopping Bukan Lagi Aib: Kenapa Pindah-Pindah Justru Bisa Untung? – Dulu, pindah-pindah kerja terlalu sering bisa dianggap sebagai tanda kurang loyal, tidak tahan banting, atau bahkan tidak kompeten. HRD mungkin akan bertanya, “Kenapa kamu nggak pernah bertahan lama di satu tempat?” dengan nada curiga. Tapi zaman berubah.

Di era kerja modern, terutama pasca-pandemi dan di tengah gempuran industri digital, job-hopping bukan lagi sesuatu yang memalukan. Bahkan, dalam banyak kasus, justru menjadi strategi karier yang cerdas.

Job-hopping adalah kebiasaan berpindah pekerjaan dalam jangka waktu yang relatif singkat—biasanya kurang dari dua tahun di satu perusahaan. Meskipun dulu dianggap negatif, kini tren ini mulai dipandang dari sudut yang lebih positif.

Kenapa Banyak Orang Memilih Job-Hopping?

  1. Mengejar Gaji Lebih Tinggi
    Fakta pahitnya: kenaikan gaji signifikan lebih sering terjadi saat pindah kerja ketimbang bertahan di satu tempat. Banyak pekerja yang mengalami kenaikan 20–50% hanya karena lompat ke perusahaan lain, sesuatu yang nyaris mustahil jika menunggu promosi internal.

  2. Mencari Lingkungan yang Sehat
    Tidak semua tempat kerja cocok dengan nilai, gaya kerja, atau kebutuhan hidup seseorang. Pindah kerja bisa jadi bentuk self-care untuk mencari tempat yang lebih suportif dan sehat secara mental.

  3. Memperluas Skill dan Wawasan
    Bekerja di berbagai industri atau peran yang berbeda bisa memperkaya pengalaman dan memperluas cara berpikir. Ini menjadi modal penting untuk naik level, apalagi di dunia kerja yang berubah cepat.

  4. Menghindari Stagnasi
    Kadang, bertahan terlalu lama di satu tempat membuat seseorang ‘jalan di tempat’. Tidak ada tantangan baru, tidak ada perkembangan. Job-hopping bisa menjadi jalan untuk tumbuh lebih cepat.

Job-Hopping Bukan Lagi Aib: Kenapa Pindah-Pindah Justru Bisa Untung?

Sekarang banyak recruiter dan HR yang lebih terbuka terhadap kandidat dengan riwayat kerja yang beragam. Alih-alih mencurigai, mereka akan melihat:

  • Apakah ada alasan logis dan masuk akal di balik setiap perpindahan?

  • Apakah setiap pekerjaan membawa skill atau pengalaman baru?

  • Apakah orang ini tahu apa yang dia cari dalam karier?

Jika jawabannya iya, maka riwayat job-hopping bukanlah masalah, bahkan bisa jadi nilai tambah.

Job-Hopping Bukan untuk Semua Orang

Walaupun menawarkan banyak keuntungan, job-hopping tetap bukan jalan yang cocok untuk semua orang. Berikut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Apakah kamu pindah karena strategi, atau karena impulsif?
    Pindah kerja setiap kali bos bikin kesal bukan strategi yang sehat.

  • Apakah kamu memberi waktu cukup untuk belajar dan berkembang di tempat sekarang?
    Kalau kamu belum selesai “menggali” potensi di satu tempat, mungkin pindah terlalu cepat justru akan membuat kamu kehilangan kesempatan belajar yang berharga.

  • Apakah kamu bisa menjelaskan alasan pindah dengan jujur dan positif?
    Ini penting untuk tetap menjaga profesionalisme di mata rekruter.

Kalau dilakukan dengan tujuan yang jelas dan alasan yang sehat, job-hopping bisa membuka banyak pintu. Gaji lebih baik, pengalaman lebih luas, jaringan lebih besar, dan yang paling penting: pekerjaan yang sesuai dengan nilai dan gaya hidup kamu.

Yang penting bukan seberapa lama kamu tinggal di satu tempat, tapi apa yang kamu pelajari dan kontribusikan selama di sana. Dunia kerja saat ini lebih menghargai orang yang tahu ke mana mereka ingin pergi dan berani mengambil langkah untuk mencapainya.

Jangan takut dicap “tidak loyal” hanya karena ingin berkembang. Kamu berhak punya karier yang sesuai dengan aspirasi dan kesehatan mentalmu. Loyalitas itu penting, tapi yang pertama harus kamu setia adalah dirimu sendiri.

Kalau pindah kerja bisa membawamu ke tempat yang lebih baik, kenapa tidak?

Baca Juga : https://blog.kitakerja.co.id/overachiever-burnout-ketika-ambisi-justru-jadi-boomerang/