Quiet Hiring: Strategi Perusahaan Merekrut Talenta Tanpa Proses Resmi

0
41
Quiet Hiring: Strategi Perusahaan Merekrut Talenta Tanpa Proses Resmi

Quiet Hiring: Strategi Perusahaan Merekrut Talenta Tanpa Proses Resmi – Beberapa tahun lalu, proses rekrutmen identik dengan lamaran kerja panjang, wawancara berlapis, dan pengumuman resmi di situs karier. Namun, di era yang serba cepat dan penuh perubahan, banyak perusahaan mulai meninggalkan cara lama itu.
Kini, muncullah sebuah strategi baru yang diam-diam sedang naik daun di dunia kerja: Quiet Hiring.

Secara sederhana, quiet hiring adalah strategi perusahaan untuk mendapatkan talenta baru tanpa membuka lowongan kerja resmi.
Alih-alih merekrut dari luar, perusahaan memanfaatkan orang-orang yang sudah ada — baik karyawan internal yang diberi tanggung jawab baru, maupun pekerja lepas dan kontraktor yang diajak memperkuat tim sementara.

Fenomena ini muncul karena satu alasan utama: efisiensi.
Perusahaan ingin tetap tumbuh tanpa harus menambah banyak pegawai tetap, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan pesatnya perkembangan teknologi.

Quiet Hiring: Strategi Perusahaan Merekrut Talenta Tanpa Proses Resmi

Ada beberapa alasan mengapa strategi ini semakin diminati:

  1. Perubahan Cepat di Dunia Kerja
    Dunia bisnis bergerak cepat, terutama dengan hadirnya AI dan otomatisasi. Perusahaan butuh fleksibilitas tinggi untuk menyesuaikan diri — dan quiet hiring memberi ruang untuk itu.

  2. Efisiensi Biaya dan Waktu
    Proses rekrutmen tradisional bisa memakan waktu berminggu-minggu. Dengan quiet hiring, perusahaan bisa langsung menugaskan orang yang sudah mengenal sistem kerja mereka.

  3. Peningkatan Loyalitas Karyawan
    Ketika perusahaan mempercayakan proyek baru kepada karyawan lama, mereka merasa lebih dihargai. Ini bisa meningkatkan semangat kerja dan loyalitas.

  4. Akses ke Talenta Fleksibel
    Banyak perusahaan kini merekrut freelancer, konsultan, atau pekerja paruh waktu yang sudah terbukti kompeten. Tanpa perlu status karyawan tetap, mereka tetap bisa berkontribusi besar.

Beberapa orang salah paham dengan istilah ini dan mengira quiet hiring adalah bentuk lain dari quiet firing (diam-diam menyingkirkan karyawan). Padahal, keduanya sangat berbeda.
Kalau quiet firing bersifat negatif dan merugikan karyawan, quiet hiring justru bisa menjadi peluang baru — terutama bagi mereka yang ingin mengembangkan karier tanpa harus pindah perusahaan.

Dengan quiet hiring, karyawan bisa menunjukkan kemampuan baru, memperluas jaringan, dan bahkan mendapatkan posisi baru dengan cepat jika berhasil membuktikan diri di proyek tambahan tersebut.

Bagi profesional muda, tren ini membawa dua sisi: peluang dan tantangan.

  • Peluangnya:
    Kamu bisa memperlihatkan potensi dan mengambil tanggung jawab lebih besar, bahkan sebelum jabatan baru resmi dibuka.
    Banyak karyawan muda naik jabatan justru lewat quiet hiring karena mereka aktif, sigap, dan terbuka terhadap tantangan.

  • Tantangannya:
    Karena prosesnya tidak formal, beberapa karyawan mungkin merasa beban kerjanya bertambah tanpa kompensasi yang jelas. Di sinilah pentingnya komunikasi terbuka dengan atasan — pastikan setiap tanggung jawab tambahan diimbangi dengan penghargaan yang sepadan.

Quiet Hiring: Strategi Perusahaan Merekrut Talenta Tanpa Proses Resmi

Untuk kamu yang sedang bekerja atau baru masuk dunia profesional, berikut beberapa langkah agar bisa memanfaatkan quiet hiring sebagai batu loncatan karier:

  1. Tunjukkan Inisiatif.
    Jangan tunggu perintah. Ambil peluang kecil untuk membantu proyek lintas divisi. Kadang, langkah kecil itu justru dilihat oleh manajer sebagai sinyal kesiapanmu naik level.

  2. Kembangkan Skill Baru.
    Perusahaan akan lebih mudah mempercayakan proyek baru kepada orang yang bisa banyak hal. Kuasai skill digital, analisis data, atau komunikasi lintas tim.

  3. Bangun Reputasi Internal.
    Jadilah orang yang bisa diandalkan. Dalam quiet hiring, reputasi lebih berpengaruh daripada CV.

  4. Jaga Batas dan Keseimbangan.
    Ambisi itu bagus, tapi jangan sampai kamu “dimanfaatkan” tanpa imbalan yang layak. Berani bicara soal ekspektasi dan kompensasi adalah bagian dari profesionalisme.

Quiet hiring mungkin tidak selalu terlihat di permukaan, tapi dampaknya nyata — baik bagi perusahaan maupun karyawan.
Di satu sisi, perusahaan bisa tetap gesit dan efisien; di sisi lain, karyawan punya peluang untuk tumbuh lebih cepat dari biasanya.

Namun pada akhirnya, strategi ini hanya akan berhasil jika ada kepercayaan dan komunikasi yang sehat antara kedua belah pihak.
Karena di balik semua otomatisasi dan strategi bisnis modern, dunia kerja tetap berpusat pada hal yang paling manusiawi: kolaborasi dan penghargaan.

Baca Juga : https://blog.kitakerja.co.id/bisnis-satu-orang-fenomena-solopreneur-di-tengah-gelombang-otomasi/