Re-Skilling Sebelum Redundant: Bertahan di Tengah Gelombang PHK Global

0
85
Re-Skilling Sebelum Redundant: Bertahan di Tengah Gelombang PHK Global

Re-Skilling Sebelum Redundant: Bertahan di Tengah Gelombang PHK Global -Di berbagai belahan dunia, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi. Perusahaan raksasa teknologi memangkas ribuan karyawan, industri manufaktur beradaptasi dengan otomatisasi, dan pekerjaan yang dulunya dianggap aman kini ikut terancam. Bukan karena orang tidak cukup baik, tapi karena dunia kerja berubah lebih cepat dari sebelumnya.

Di tengah ketidakpastian ini, ada satu hal yang makin terasa penting: re-skilling — atau kemampuan untuk belajar ulang dan membangun keahlian baru. Bukan sekadar mengikuti tren, tetapi sebagai langkah nyata untuk tetap relevan, berdaya, dan mampu bertahan.

Redundansi: Bukan Salah Siapa-Siapa

Ketika seseorang dinyatakan “redundant”, artinya perannya sudah tidak lagi dibutuhkan dalam struktur organisasi. Ini bukan soal performa buruk atau kurang kompeten. Sering kali, keputusan ini murni berdasarkan perubahan bisnis, efisiensi, atau pergeseran teknologi.

Namun, dampaknya sangat personal. Tidak hanya kehilangan penghasilan, tapi juga bisa memukul rasa percaya diri, identitas, dan stabilitas mental. Dan karena itu, menunggu sampai keadaan mendesak bukan lagi pilihan bijak.

Re-skilling: Menjemput Masa Depan, Hari Ini

Re-skilling adalah proses belajar ulang atau membangun keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini maupun masa depan. Ini berbeda dari sekadar menambah skill — re-skilling sering kali berarti pindah jalur, melompat ke bidang baru, atau beradaptasi total terhadap perubahan yang datang.

Beberapa contoh nyata:

  • Seorang admin kantor yang belajar data analysis untuk masuk ke dunia digital.

  • Pekerja pabrik yang dilatih menjadi teknisi robotik atau operator mesin otomatis.

  • Karyawan customer service yang memperdalam kemampuan komunikasi digital untuk peran support online.

Mengapa Harus Sekarang?

Kita hidup di era yang disebut “permanent disruption”. Artinya, perubahan bukan lagi hal sementara, tapi konstan. Keterampilan yang relevan hari ini, bisa jadi usang dalam 2-3 tahun ke depan.

Melakukan re-skilling lebih awal memberi kita:

  • Waktu untuk belajar dengan tenang, tanpa tekanan mendadak.

  • Peluang memilih arah karier, bukan sekadar menerima apa yang tersisa.

  • Kepercayaan diri menghadapi perubahan, karena sudah siap secara mental dan teknis.

Mulai dari Mana?

Re-skilling terdengar besar dan berat. Tapi sebenarnya, bisa dimulai dari langkah kecil dan praktis. Berikut beberapa tips memulainya:

1. Kenali Arah Perubahan

Lihat tren industri tempat kamu bekerja. Apakah ada pergeseran digital? Otomatisasi? Apakah peranmu bisa tergantikan teknologi? Ini bukan soal pesimis, tapi persiapan realistis.

2. Evaluasi Skill Saat Ini

Apa kekuatanmu yang bisa ditransfer ke bidang lain? Mungkin kamu ahli berkomunikasi, terbiasa menyusun laporan, atau punya logika berpikir yang tajam. Ini bisa jadi fondasi untuk membangun skill baru.

3. Cari Program Belajar Terjangkau

Banyak platform sekarang menawarkan kursus dengan biaya rendah, bahkan gratis. Mulai dari Google, Coursera, hingga Kampus Merdeka, ada banyak kesempatan belajar bagi siapa pun yang mau bergerak.

4. Bangun Portofolio, Bukan Sekadar Sertifikat

Belajar saja tidak cukup. Terapkan ilmu baru dalam proyek nyata, freelance, atau bahkan proyek pribadi. Ini akan membuktikan bahwa kamu benar-benar bisa, bukan hanya paham teori.

Re-Skilling Sebelum Redundant: Bertahan di Tengah Gelombang PHK Global

Ketika kabar PHK muncul di berita atau lingkungan kerja kita, wajar jika muncul rasa khawatir. Tapi daripada tenggelam dalam kecemasan, lebih baik bertanya: “Apa yang bisa aku pelajari hari ini agar siap untuk esok?”

Re-skilling bukan solusi instan. Tapi itu adalah bentuk investasi diri yang paling penting di era ketidakpastian. Kita mungkin tidak bisa mengendalikan arah ekonomi global, tapi kita bisa mengendalikan seberapa siap diri ini menghadapinya.

Akhir Kata: Bertahan Bukan Berarti Diam

Bertahan di dunia kerja saat ini bukan lagi soal menjadi paling pintar atau paling lama bekerja. Tapi siapa yang paling siap berubah, paling cepat belajar, dan paling berani melangkah ke depan.

Jangan tunggu sampai redundant untuk mulai bergerak.
Re-skill sekarang, karena masa depan tidak akan menunggu.

Baca Juga :https://blog.kitakerja.co.id/emosi-di-tempat-kerja-musuh-atau-senjata-rahasia/